Kamis, 27 Maret 2014

KONSEP PENDIDIKAN MENURUT IBNU KHALDUN IMAM GHAZALI FAZLURRAHMAN MUHAMAD IQBAL




KONSEP PENDIDIKAN MENURUT
IBNU KHALDUN
IMAM GHAZALI
FAZLURRAHMAN
MUHAMAD IQBAL


Oleh
Kelompok 4
Rahmanto tunggali
Erpianita ponuntul
Alhanapi aku
Pratiwi ginoga



FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO
2014







PENDIDIKAN MENURUT IBNU KHALDUN
Pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun dalam masalah pendidikan tertuang dalam karya besarnya, Muqaddimah pada bab VI yang terdiri dari 50 pasal, yang antara lain sebagi berikut:
1)      Pembagian Ilmu
Menurut Ibnu Khaldun Ilmu itu ada dua macam; pertama ilmu yang menjadi tujuan (ulumun maqsudan bidzatiha) seperti ilmu-ilmu syariah dan kedua ilmu alat atau pelantara untuk memahami ilmu pertama, seperti ilmu bahasa, ilmu hitung, ilmu ushul fiqh, ilmu logika dan lain-lain.
2)      Tujuan Pendidikan Islam
Ibnu Khaldun mengatakan:”Tujuan pendidikan Islam adalah dapat menanamkan keyakinan imaniyah di dalam hati/jiwa peserta didik, menginternalisasi nilai-nilai moral yang luhur melalui nilai-nilai agama sehingga mampu member pencerahan jiwa, penguatan moral dan memotivasi prilaku yang baik”
Ibnu Khaldun juga mengatakan tujuan pendidikan Islam secara praktis adalah: Memberi peluang kepada peserta didik mampu berpikir untuk berbuat dengan benar, member peluang kepada peserta didik untuk dapat hidup berkualitas di dalam masyarakat yang maju, memberikan kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan sebagai sumber penghasilan dan dapat mengembangkan perilaku yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya harus dikembangkan melalui pendidikan yang berasaskan ajaran dan nilai-nilai Qur’ani
3)      Sumber Ilmu
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu yang ada di tengah-tengah masyarakat sumbernya dari dua jalur: Pertama al-Ulum an-Naqliyah, yaitu ilmu-ilmu yang diperoleh manusia secara berantai dan akhirnya berujung pada penerima ilmu tersebut dari sumber pokoknya, yaitu Tuhan dengan melalui wahyu. Ini yang dimaksud ilmu agama yang akal manusia tidak mempunyai banyak otorita dalam ilmu tersebt kecuali terbatas kepada penafsiran dan dalam aplikaisnya tetapi tidka dapat merubah atau menggantikannya.Kedua al-Ulum al-Aqliyah, yang diperoleh manusia melalui kemampuan nalarnya dan kekuatan akalnya, seperti ilmu-ilmu pengetahuan alam, ilmu kedokteran, logika dan filsafat.




PENDIDIKAN MENURUT IMAM  AL GHAZALI

Al- Ghazali tidak merumuskan pengertian pendidikan secara jelas. Namin berdasarkan unsur pembentuk pengertian pendidikan yang diungkapkan dapat dirumuskan pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali.
Adapun unsur-unsur pembentuk pengertian pendidikan dari Al-Ghazali dalam pernyataan berikut ini:
“Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berkemampuan dengan malaikat tinggi.”
“Dan ini, sesungghunya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pelajaran dan bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang.”
Jika kita perhatikan, pada kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan dan kata “ilmu” menunjukkan alat, sedangkan pada kutipan kedua merupakan penjelasan mengenai ilmu, yakni disampaikan dalam bentuk pengajaran.
Mengenai proses pendidikan, kapan dimulai dan kapan berakhirnya, Al-Ghazali mengemukakan bahwa batas awal berlangsungnya proses pendidikanadalah sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Mengenai batas akhir pendidikan, Al-Ghazali mengutip sebuah pernyataan Abu Darda sebagai berikut:
“Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu itu adalah dua sekutu yang berserikat pada kebaikan dan manusia yang lainnya adalah bodoh. Hendaklah engkau menjadi orang yang berilmu atau belajar atau mendengar, dan jangan engkau menjadi orang yang keempat (tidak salah seorang dari yang tiga tadi), maka binasalah engkau.”
Anjuran Abu Darda’ dalam pernyataan diatas adalah. Manusia harus berilmu dengan mengajarkan ilmunya selama hidup manusia dituntut untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga mejadi insan kamil.
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah “Proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil).

PENDIDIKAN MENURUT FAZLURRAHMAN
Pendidikan islam menurut Fazlur Rahman bukan sekedar perlengkapan dan peralatan fisik atau kuasi fisik pengajaran seperti buku-buku yang diajarkan ataupun struktur eksternal pendidikan, melainkan sebagai intelektualisme islam karena baginya hal inilah yang dimaksud dengan esensi pendidikan tinggi islam. Hal ini merupakan pertumbuhan suatu pemikiran islam yang asli dan memedai, dan yang harus memberikan kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan islam.

Pendidikan islam dapat mencakup dua pengertian besar. Pertama, pendidikan islam dalam pengertian praktis, yaitu pendidikan yang dilaksanakan didunia islam seperti yang diselenggarakan dipakistan, Mesir, Sudan, Saudi, Iran, Turki, Maroko, dan sebagainya, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Untuk konteks Indonesia, meliputi pendidikan dipesantren, di madrasah (mulai dari ibtidaiyah sampai aliyah), dan diperguruan tinggi islam, bahkan bisa juga pendidikan agama islam disekolah (sejak dari dasar sampai lajutan atas) dan pendidikan agama islam diperguruan tinggi umum. Kedua, pendidikan tinggi islam yang disebut dengan intelektualisme islam. Lebih dari itu, pendidikan islam menurut Rahman dapat juga dipahami sebagai proses untuk menghasilkan manusia (ilmuwan) integratif, yang padanya terkumpul sifay-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya.

Dengan mendasarkan pada al-Qur’an, tujuan pendidikan menurut Fazlur Rahman adalah untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan keteraturan dunia.

PENDIDIKAN MENURUT MUHAMAD IQBAL

Pendidikan menurut Muhammad iqbal selama berabad-abad, kaum muslim terpukau oleh pemahaman keagamaan yang sempit, seakan-akan mengkaji alam semesta dan sejarah bukan merupakan perbuatan agama. Dengan keterpukauan ini, tidak mengherankan apabila kaum teolog abad klasik terlalu sibuk mengurus Tuhannya, sehingga manusia dibiarkan terlantar dibumi. Dibawah bayang-bayang filsafat Hellenisme-yunani, teologi islam telah berkembang jauh. Akan tetapi pada waktu yang sama , teologi ini telah mengaburkan wawasan kaum muslim tentang Al-quran. Oleh karena itu iqbal memandang bahwa kini sudah saatnya kaum muslim melakukan rekonstruksi pemikiran dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan islam.

Secara kontekstual, seluruh pemikirannya mengisyaratkan perlunya rekonstruksi dalam bidang pendidikan islam. Melalui sajak-sajaknya sebenarnya M. Iqbal secara tekstual belum pernah menulis teori atau filsafat pendidikan dalam melakukan kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu.

Setelah M. Iqbal mengemukakan kritiknya terhadap dua sistem pendidikan yang ada pada waktu itu, bagaimanakah pemikiran iqbal sendiri tentang pendidikan? Bagi Iqbal pendidikan adalah suatu keseluruhan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat. Yang meliputi prinsip dasar: konsep individualitas, pertumbuhan individualitas, keserasian jasmani dan rohani, individu dan masyarakat, evolusi kreatif, peranan intelek dan instituisi, pendidikan watak, tata kehidupan sosial Islam, suatu pandangan kreatif tentang pendidikan. Ada 8 pandangan yang dikemukakan iqbal tentang pendidikan dalam rangka melaksanakan gagasan rekonstrusi pemikirannya.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar