Makalah
PENJELASAN TENTANG PENDIDIKAN
DENGAN
ALQURAN, HADITS, KISAH-KISAH SAHABAT
Oleh
Kelompok 4
Rahmanto tunggali
Erpianita ponuntul
Alhanapi aku
Pratiwi ginoga
Syaiful M. Mokodompit
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO
2014
I. Ayat
Alquran yang Menjelaskan Tentang Pendidikan
Berikut beberapa ayat
AlQuran yang membahas tentang pendidikan
:
A. QS: As Shafaat: 102
Yang artinya: “Maka ketika
anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata,
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma‘il) menjawab, “Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang Diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita
tentang makna “metodologi” pendidikan pada anak. Yang mana ayat ini
mengisahkan dua hamba Allah (Bapak-Anak), Ibrahim dan putranya Ismail AS
terlibat dalam suatu diskusi yang mengagumkan. Bukan substansi dari diskusi
mereka yang menjadi perhatian kita. Melainkan approach/cara pendekatan
yang dilakukan oleh Ibrahim dalam meyakinkan anaknya terhadap suatu
permasalahan yang sangat agung itu.
Kisah tersebut mengajarkan
kepada kita bahwa metode “dialogis” dalam mengajarkan anak sangat
didukung oleh ajaran Islam. Kesimpulan ini pula menolak anggapan sebagian orang
kalau Islam mengajarkan ummatnya otoriter (pemaksaan), khususnya dalam mendidik
anak.
B. Ar-Rahman ayat 1-4
(Tentang subyek pendidikan)
Yang artinya: “(Rabb) Yang
Maha Pemurah. Yang telab mengajarkan al Qur’an.Dia menciptakan
manusia.Mengajarnya pandai berbicara /AI-Bayan”.
Kaitannya ayat ar-Rahman ini
dengan Subjek Pendidikan adalah sebagai berikut:
- Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja yang menunjukan profesionalisasi pada Kompetensi Personal
- Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-NYA.
- Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional)
- Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana penjelasan AI-Bayan.
C. Surah Luqman: 13
Artinya: ”Dan (Ingatlah)
ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari ayat tersebut dapat kita
ambil pokok pikiran sebagai berikut:
- Orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagaiman tugasnya, mulai dari melahirkan sampai akil baligh.
- Prioritas pertama adalah penanaman akidah dan akhlak. Pendidikan akidah dan akhlak harus diutamakan sebagai kerangka dasar/landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh (Kompetensi Profesional).
- Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, sesuai makna seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan muatan kasih sayang/sentuhan kelembutan dan kemesraan, tetapi dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, bukan berarti mendidik dengan keras. (Kompetensi Personal).
D. Surah al-Kahf ayat 66
(Tentang Pendidik)
Yang artinya: ”Musa berkata kepada
Khidhr “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang
benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu” (QS. 18: 66)”.
Dari ayat ini dapat diambil
beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan
bahwa seorang pendidik hendaknya:
- Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa neraga dan agamanya.
- Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu. Hal ini perlu, karena zaman akan selalu berubah seiring berjalananya waktu. Dan kalau kita tidak mengikutinya, maka akan menjadikan anak yang tertinggal.
- Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
E. Surah asy-Syu’ara: 214
Yang artinya: “Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”( QS. 26: 214).
Ayat ini mengajarkan kepada
rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada
keluarga dalam hal pemberian peringatan dan pendidikan. Seorang guru harus
memberikannya secara seimbang, tidak membedakan mana yang kaya dan mana yang
miskin (menganggap semuanya sama). Guru wajib menegur kepada anak didik
siapapun yang melanggar atau tidak sesuai dengan kaidah yang telah
diajarkannaaya.
F. Surah ‘Abasa ayat 1-3
Yang artinya: “Dia (Muhammad
) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosa” QS. 80: 1
– 3)
Pesan yang dapat kita ambil
adalah:
- Setiap insan berhak memperoleh pendidikan, tanpa mengenal ras, suku bangsa, agama maupun kondisi pribadi/fisik dan perekonomiannya.
- Sebagai seorang pendidik harus bijak dalam menghadapi anak didiknya dan tidak membeda-bedakan hanya karena fisik yang tidak sempurna. Misal tingkatkan pula pelayanan pendidikan pada peserta didik yang difabel.
G. Surah al-Ankabut: 19-20
Yang artinya: “Dan apakah
mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu
mudah bagi Allah. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu (QS 29: 19 – 20).
Dari ayat tersebut di atas
(al-Ankabut: 19 – 20) memerintahkan kepada kita untuk:
- Melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Hal ini mengisyaratkakn kepada kita bahwa pengalaman merupakan kunci sebagai tolok ukur perkembangan dalam setiap perubahan yang dilakukan. Selain itu dari pengalaman yang kita lakukan maupun dari pengalaman orang lain lakukan selayaknya dijadikan sebagai ibrah untuk menuju yang lebih baik.
- Melakukan pembelajaran, penelitian, dan percobaan (eksperimen) dengan menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Pemikiran ini adalah tujuan akhir dari semua yang dikerjakan oleh setiap manusia.
H. Surat al-‘Alaq ayat 1-5)
Yang artinya: Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar
(manusia) dengan pena. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. 80: 1 – 5).
Ayat diatas dikaitan dengan
pendidikan adalah sebagai berikut:
- Iqra` bisa berarti membaca atau mengkaji. sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika
- Kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis yang dilambangkan dengan al-qalam.
Hubungan agama dan iptek? Secara
garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya,
terdapat 3 (tiga) jenis paradigma yaitu:
- Paradagima sekuler: paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat,agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din ‘an al-hayah). Eksistensi agama tidak dinafikan hanya dibatasi perannya.
- Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus,tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek.
- Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan.
I. Surah At-Taubah ayat 122
Yang artinya: “Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang muKmin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapaorang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 09: 122).
Ayat ini memberi anjuran tegas
(tahdid) kepada umat Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam
agama. Dikatakan juga bahwa yang dimaksud kata tafaqquh fi al-din adalah
menjadi seorang yang mendalam ilmunya dan selalu memiliki tanggung jawab dalam
pencarian ilmu Allah. Dengan demikian menurut tafsir ini dalam sistem
pendidikan Islam tidak dikenal dikhotomi pendidikan.
J. Surat An-Nahl ayat 125
Yang artinya: “Ajaklah kepada
jalan Tuhan mu dengan cara yang bijaksana dan dengan mengajarkan yang baik, dan
berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik”. (QS. 16: 125)
Ada beberapa pelajaran yang
dapat kita petik dari ayat ini bahwa metode yang di lakukan dalam proses
pendidikan diantaranya: ceramah dan diskusi.
K. Surat Al-‘Araf ayat 35
Yang artinya: “Hai anak cucu
Adam! Jika datang kepadamu Rasul-rasul sebangsamu yang menceritakan kepadamu
ayat-ayat-KU, maka barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, niscaya
mereka tidak merasa ketakutan” (QS. 07: 35)
Metode cerita / ceramah ini
digunakan oleh Rasulullah untuk menyampaikan perintah-perintah Allah.
L. Surat Ar-Rahman ayat 47-48
Yang artinya: “Nikmat yang
manalagi yang akan kamu dustakan? Kedua surga itu mempunyai serba macam pohon
dan buah-buahan”. (QS. 55: 147 – 48).
Dalam surat Ar-Rahman ayat 47-48
tergambarkan bahwa Tanya jawab merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pendidikan.
M. Surah al-Baqarah: 31
Yang artinya: “Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepadaKu nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS.02: 31)
Proses pendidikan terhadap manusia
terjadi pertama kali ketika Allah SWT selesai menciptakan Adam as, lalu Allah
SWT mengumpulkan tiga golongan mahluk yang diciptakan-Nya untuk diadakan Proses
Belajar Mengajar (PBM). Tiga golongan mahluk ciptaan Allah dimaksud yaitu Jin,
Malaikat, dan Manusia (Adam Alaihissalam) sebagai “mahasiswa” nya, sedangkan
Allah SWT bertindak sebagai “Maha Guru” nya. Setelah selesai PBM maka Allah SWT
mengadakan evaluasi kepada seluruh mahasiswa ( jin, malaikat, dan manusia)
dengan cara bertanya dan menyuruh menjelaskan seluruh materi pelajaran yang
diberikan, dan ternyata Adam lah (dari golongan manusia) yang berhasil menjadi
juara dalam ujian tersebut.
II. Hadits Yang Menjelaskan Tentang Pendidikan
A. Hadist
Anas bin Malik tentang Membuat Mudah, Gembira dan Kompak
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَسِّرُواوَلاَتُنَفِّرُوا (اخرجه البخاري في كتاب
العلم
Artinya: Dari
Anas bin Malik dari Nabi SAW ”mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah
dan jangan kamu membuat lari”. (HR. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori
al-Ju’fi)
Hadist di atas
menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus
menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan tidak merasa bosan
terhadap suasana di kelas, serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan suatu
pembelajaran juga harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan
belajar.
Meskipun dalam
islam banyak hal yang telah dimudahkan oleh Allah akan tetapi perlu
diperhatikan bahwa maksud kemudahan islam bukan berarti kita boleh menyepelekan
syari’at islam dalam hal pendidikan, mencari-cari ketergelinciran atau mencari
pendapat lemah sebagian ulama agar kita bisa seenaknya, namun kemudahan itu
diberikan dengan alasan agar kita selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
B. Hadist
Aisyah tentang Menyampaikan Perkataan yang Jelas dan Terang
عَنْ
عَائِشَةََرَحِمَهاَاللهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَماًَفَصْلاَيَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه
ابوداود في كتاب الادب
Artinya: Dari
Aisyah rahimahallah berkata: ”Sesungguhnya perkataan Rasulullah SAW adalah
perkataan yang jelas memahamkan setiap orang yang mendengarnya. (HR. Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi)
Hadist tersebut
untuk kita sebagai calon guru agar dalam pengucapan suatu perkataan hendaklah
dengan terang dan jelas, supaya orang yang mendengarkan (peserta didik) dapat
memahami maksud yang disampaikan. Dan apabila dengan ucapan pertamanya belum
menjelaskan kepada murid, ,maka guru itu wajib mengulanginya agar murid
tersebut bisa paham dalam pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Perkataan yang
jelas dan terang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan suatu pendidikan,
karena jika tidak demikian dikhawatirkan nantinya akan terjadi salah
pengertian, ketika terjadi salah pengertian bukan tidak mungkin justru peserta
didik akan melenceng dari yang diharapkan. Diharapkan dengan adanya perkataan
yang jelas dan terang tersebut anak didik mampu mmenyerap dan memahami apa yang
diharapkan oleh pendidik.
C. Hadist
Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah)
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِي الله عَنْه اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌُ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ العَطَشُ فَنَزَلَ
بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ
الثَّرَى مِنَ العَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي
فَمَلاَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الكَلْبَ
فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَارَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّ لَنَا فِي
البَهَا ئِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍرَطْبَةٍ أَجْرٌ (اخرجه البخاري في
كتاب المشقات
Artinya: Dari
Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ”Ketika seorang
laki-laki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasakan sangat haus sekali.
Kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur) kemudian datang seekor anjing yang menjulur-julurkan
lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing
sangat haus sebagaimana aku, kemudian ia masuk kedalam sumur lagi dan ia
memenuhi sepatunya (dengan air) kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit
sepatunya dan ia memberi minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya
dan mengampuninya. Sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat
pahala karena menolong hewan?”, Nabi menjawab: ”Disetiap yang mempunyai limpa
hidup ada pahalanya.”(HR. Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail al-Bukhori al-Ju’fi)
Dari hadist di
atas menerangkan bahwa apabila kita berbuat baik kepada sesama makhluk Allah
SWT walaupun perbuatan tersebut hanya sebesar biji jagung, maka perbuatan kita
akan mendapat pahala dan ridho Allah SWT. Misalnya memberi minum hewan yang
najis.
Sehingga dapat
dijelaskan bahwa pendidikan metode kisah atau cerita ini dapat menimbulkan
kesan mendalam pada jiwa seorang anak didik, sehingga dapat membuka hati
nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari
perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah itu, apalagi penyampaikan
kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara menyentuh hati dan perasaan.
Al-Qur’an mempergunakan meode cerita untuk seluruh pendidikan dan bimbingan
yang mencakup seluruh metodologi pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental,
akal dan jasmani serta menaruh jaringan-jaringan yang berlawanan yang terdapat
didalam jiwanya itu, pendidikan melalui teladan dan pendidikan melalui nasehat.
Oleh karena itu, cerita merupakan kumpulan bimbingan yang snagat baik.
D. Hadist
Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ
بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ
ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (أخرجه مسلم في كتاب البروالصلة والاداب
Artinya: Dari
Abi Hurairah, ia berkata: ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW
kemudian ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku
hormati?”. Beliau menjawab Ibumu, ia berkata kemudian siapa?” Beliau menjawab
kemudian ibumu, ia berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian ibumu, ia
berkata kemudian siapa? Beliau menjawab kemudian Bapakmu dan saudara-saudara
dekatmu.(HR. Muslim bin al-Hijaj Abu al-Husain
al-Qusyairi al-Naisaburi)
Hadist di atas
menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang laki-laki datang kepada
Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-orang yang paling berhak untuk
dihormatinya. Kemudian terjadilah dialog antara Rasulullah dan laki-laki
tersebut dan Rasulullanpun mengajarinya tentang akhlak terhadap orang tuanya
terutama ibunya, maka terjadilah tanya jawab antar keduanya.
Metode tanya
jawab merupakan metode yang paling tua digunakan disamping metode yang lain,
karena metode ini banyak sekali digunakan para Nabi terdahulu. Dan dalam
penggunaan metode ini, pengertian dan pemahaman akan terasa lebih mantap.
Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap
pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.
Metode tanya
jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat Two Wag Traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dengan siswa, dalam komunikasi ini terlihat adanya timbal balik secara
langsung antara guru dengan siswa. Metode ini bertujuan untuk mengetahui sampai
sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang
siswa berfikir, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan maslah yang
belum paham.
E. Hadist
Anas bin Malik tentang Metode Diskusi
عَنْ
أَنَسٍ رَضِي الله عَنْه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًاأَوْ مَظْلُوْمًا قَالُوا يَارَسُوْلَ اللهِ
هَذَا نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُفَوْقَ يَدَيْهِ (أخرجه البخاري في كتاب
الظالم والغضب
Artinya: Dari
Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah telah bersabda: tolonglah saudaramu
yang dzalim maupun yang didhalimi. Mereka bertanya: wahai Rasulullah, bagaimana
menolong orang dzalim?, Rasulullah menjawab tahanlah (hentikan) dia dan
kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan
kepadanya.(HR. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail
al-Bukhori al-Ju’fi)
Hadist ini
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk menolong orang
yang dzalim dan yang didzalimi. Anas berkata ia telah menolong orang yang
didzalimi, kemudian ia berkata kepada Rasulullah bagaimana cara menolong orang
yang dzalim? Rasul pun menjawab untuk menghentikannya dan mengembalikannya dari
kedzaliman. Diskusi terdapat pada permasalahan bagaimana cara menghentikan
orang dzalim tersebut dan mengembalikan dia dari kedzalimannya.
Diskusi pada
dasarnya tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur penaglaman, secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat atau perang mulut. Dalam
diskusi tiap orang diharapkan memberikan smbangan sehingga seluruh kelompok
kembali dengan paham yang dibina bersama.
F. Hadist
Abu Hurairah tentang Alat Peraga
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْلِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي
الجَنَّةِوَأَشَارَمَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِوَالوُسْطَى(اخرجه مسلم في
الزهدوالرقائق
Artinya:
”Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda : ” Aku akan bersama
orang-orang yang menyantuni anak yatim di surga akan seperti ini (Rasulullah
menunjukkan dua jari, jari telunjuk dan tengah yang saling menempel)”.(HR. Muslim bin al-Hijaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi)
Hadits ini
memang tidak secara eksplisit menerangkan tentang penggunaan alat peraga dalam
metode pengajaran akan tetapi secara implisit Nabi Muhammad SAW memberikan
contoh tentang penggunaan alat peraga dalam memberikan penjelasan dengan cara
menunjukkan kedua jari Beliau sebagai perumpamaan. Dari hadits ini kita
mendapati bahwa dalam memahami konsep yang abstrak, kita membutuhkan suatu
media yang kongkrit agar pengetahuan menjadi mudah dipahami.
Alat peraga
merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah
materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan alat peraga
merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan belajar sesuai dengan tipe belajar
siswa. Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi
seluruh panca indera siswa untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa dengan
cara mendengar, melihat, meraba dan menggunakan pikirannya secara logis dan
realistis. Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, mulai dari benda
aslinya, tiruannya, yang sederhana sampai yang canggih, diberikan di dalam
kelas atau luar kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang
tiga dimensi (ruang), animasi/flash (gerak), video (rekaman atau simulasi).
Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak mungkin dibawa dalam
kelas bisa tampak di dalam kelas dalam habitat kehidupan yang sesungguhnya.
III. Kisah-kisah Sahabat yang Menjelaskan Tentang
Pendidikan
A. Salman Al-Farisi
Pemimpin Yang Rendah Diri
Salman Al-Farisi tergolong sebagai salah seorang sahabat Rasulullah
saw. Beliau berasal dari negeri Parsi. Pernah di masa hidupnya, Salman telah
diberi jawatan sebagai Gabenor di salah sebuah jajahan takluk Islam. Namun
demikian kedudukannya itu tidak sedikit pun mengubah keperibadiannya yang
penyantun, rendah diri, serta zuhud terhadap kemewahan dunia. Pada suatu hari,
diriwayatkan seorang rakyat awam tanpa mengenali Salman terus menariknya secara
kasar lalu menyuruhnya melakukan suatu kerja yang berat. Orang itu menjumpai
Salman ketika berada di tepi jalan. Ia mempunyai sebuah karung besar lalu
menyuruh Salman memikulnya sampai ke rumah.
Tanpa banyak soal Salman terus memikulnya.
Di pertengahan jalan, seorang lelaki telah memberi salam kepadanya. Alangkah
terkejutnya melihat Salman memikul karung. Lalu berkata: "Wahai tuan!
Tahukah tuan bahawa orang yang memikul karung tuan itu adalah Salman Al-Farisi,
Amir negeri kita ini." Terkejut lelaki itu mendengarnya, apabila
dikenangkan orang yang dikasarinya itu adalah gabenornya sendiri. Lantas dia
meminta maaf lalu menyuruh Salman menurunkan karung yang sedang dipikulnya itu.
Tetapi Salman menjawab: "Oh tidak mengapa tuan. Biarlah saya memikul
barang tuan ini hingga sampai ke rumah tuan". Demikianlah ketinggian
budi pekerti Salman Al-Farisi, salah seorang sahabat Rasulullh saw. yang tidak
mementingkan darjat kedudukan.
B. Abu Ubaidah Bin Jarrah ra. - Pemegang Amanat Umat Dan Rasulullah
Rasulullah saw pernah
bersabda yang maksudnya, "Setiap umat mempunyai sumber kepercayaan, sumber
kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah." Itulah penghargaan
bintang mahaputra yang diterima oleh Abu Ubaidah dari Rasulullah saw.
Penghargaan yang tidak diberikan Rasulullah kepada sahabat yang lainnya. Tapi
ini bukan berarti, bahwa Rasulullah saw tidak percaya kepada sahabat yang
lainnya. Memang kalau dilihat dari kenyataan yang ada Abu Ubaidah layak
mendapatkan gelar seperti itu. Sekalipun ia tidak mengharapkannya. Dari sosok
tubuhnya yang tinggi, kurus tapi bersih, tampak disana tersimpan sifat-sifat
mulia yang tidak dimiliki orang lain. Jujur, tawadu', pemalu itulah diantara
sifat yang paling menonjol dari Abu 'Ubaidah bin Jarrah r.a. Muhammad bin
Ja'far pernah bercerita, suatu ketika datang rombongan Nasrani Najran menemui Rasulullah
saw. "Ya Abalqasim," kata utusan itu, "Datangkanlah utusanmu ke
negeri kami untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kami hadapi. Kami
betul-betul ridha dan yakin terhadap kaum muslimin." Rasulullah
menyanggupinya dan menjanjikan kepada mereka seraya berkata, "Esok hari
aku akan mengutus bersama kalian seorang yang benar-benar terpercaya,
benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya." Rasululah menyebut
"amin" (terpercaya) sampai diulanginya tiga kali.
Tak lama kemudian beritapun tersebar ditengah-tengah
para sahabat ra. Masing-masing ingin ditunjuk oleh Rasulullah saw menjadi
utusan.
Umar ra mengungkapkan, "Aku
benar-benar mengharap agar aku ditunjuk Rasulullah saw untuk menduduki jabatan
itu. Aku sengaja mengangkat kepalaku agar beliau bisa melihatku dan mengutusku
untuk menduduki jabatan yang diamanatkannya. Rasul masih tetap mencari
seseorang, sehingga beliau melihat Abu Ubaidah dan berkata, "Wahai Abu
Ubaidah, pergilah engkau bersama-sama dengan penduduk Najran. Jalankan
hukum-hukum dengan penuh kebenaran terhadap segala apa yang mereka
perselisihkan." Itulah mulianya ahklak Abu Ubaidah bin Jarrah.
Masuk kedalam shaff da'wah
Islamiyah.
Setelah Abu Bakar masuk Islam, dia
senantiasa mengajak kawan-kawan dekatnya untuk mengikuti jejaknya. Keislaman
beliau adalah atas ajakan Abu Bakar. Suatu ketika ia sadar dan memahami apa
yang dimaksudkan Abu Bakar terhadap dirinya. Akhirnya dia berangkat bersama
Abdurrahman bin 'Auf, Ustman bin Maz'un dan Arqam bin Abi Arqam untuk menemui
Rasulullah saw. Di depan Rasulullah saw mereka sama-sama mengucapkan kalimat
syahadah.
Pengorbanan
Setelah masuknya Abu Ubaidah dalam Islam.
Ia sadar betul bahwa seluruh apa yang dia miliki harus sepenuhnya diberikan
untuk Islam. Bukan setengah atau pun sebahagiannya. Harta, tenaga dan raga
beliau persembahkan untuk Islam. Kalau Islam meminta hartanya akan dia
infakkan, kalau tenaganya yang dibutuhkan, akan diberikan, bahkan kalaupun
nyawa yang akan di minta itupun akan dikorbankan. Dia adalah seorang pemuda
yang gagah berani yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya dan sulit sekali
untuk di kalahkan.
Setiap musuh mendekatinya pasti lehernya
dipenggal. Itulah keistimewaan sahabat yang satu ini, hasil dari binaan
madrasah Rasulullah saw. Ini bisa terlihat di dalam perjuangannya membela
Islam. Dimana saat terjadinya perang Badar, Abu Ubaidah tampil kedepan,
memerangi tentara musyrikin. Tatkala Abu Ubaidah lagi berhadapan dengan musuh,
tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang mengasuhnya sejak kecil. Ayah
kandungnya yang masih musyrik. Sebelumnya dia sudah berusaha agar jangan ketemu
bapaknya ditengah-tengah kancah peperangan.
Tapi apa hendak dikata, peperangan saat
itu bukanlah peperangan antara Qabilah atau peperangan yang hanya untuk
mempertahankan status quo. Akan tetapi adalah peperangan antara
hizbullah(tentara Allah) dengan hizb syaithan (tentara musuh), peperangan
antara yang haq dengan bathil, yang tidak mungkin disatukan selamamatahari
masih terbit dari sebelah timur. Akhirnya? dengan keimanan yang menyala-nyala terjadilah
perlawanan antara sang anak dengan ayah, yang berakhir dengan gugurnya ayah
kandung di depan matanya sendiri.
Setelah peristiwa tersebut Allah
menurunkan firmannya:
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu
kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka
dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan
dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS Al
Mujadilah: 22).
Itulah Abu Ubaidah bin Jarrah, yang
betul-betul menyerahkan hidup beliau sepenuhnya untuk Islam. Dia tidak menghiraukan
sanak famili ataupun kaum kerabat, kalau Islam yang berbicara tidak bisa
ditawar-tawar lagi, yang bathil tidak mungkin didirikan diatas yang haq ataupun
sebalikn
Di saat peperangan lagi berkecamuk,
Rasulullah saw sempat terjatuh sehingga gigi depannya retak, keningnya luka,
pipinya kena dua mata rantai perisai. Melihat keadaan seperti itu, Abu Bakar
kasihan dan ingin mencabutnya, tapi ia dicegah Abu Ubaidah bin Jarrah.
"Biarkan itu bagian saya," pintanya. Abu Ubaidah tahu kalau ini di
cabut dengan tangan Rasulullah pasti kesakitan, akhirnya dia mencoba
mencabutnya dengan gigi depannya. Disaat mata rantai pertama tercabut, giginya
masih utuh dan kuat, namun ketika mencabut mata rantai kedua giginya pun ikut
tercabut juga. Subhanallah. Saat itu Abu Bakar berkata, "Sebaik-baik gigi
yang terputus, itulah gigi Abu Ubaidah bin Jarrah."
Perjuangan
Jabir bin Abdullah pernah bercerita,
"Suatu ketika Rasullah saw.mengutus kami dalam suatu peperangan yang
dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Kami hanya dibekali sekarung korma untuk
tiga ratus orang. Padahal perjalanan sungguh jauh dan melewati padang pasir
yang luas dan tandus. Di tengah-tengah perjalanan, disaat tentara sudah mulai
lapar, Abu Ubaidah membagi-bagikan makanan untuk satu orang satu genggam korma.
Namun disaat bekal sudah mulai habis Abu Ubaidah membagi-baginya dengan satu
korma untuk satu orang.
Korma yang satu itulah diisap-isap airnya
sehingga menambah semangat kami dalam melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian
bekalpun habis, badan terasa letih, capek dan lapar. Namun perjalanan masih
jauh. Akhirnya kamipun memilih jalan dekat pantai. Tiba-tiba disaat kami
betul-betul lapar, kami memperdapati ikan besar yang sudah mati, mula-mula Abu
Ubaidah melarang kami untuk memakannya. Akan tetapi, karena keadaan sudah
memaksa akhirnya kamipun memakannya, setelah itu kami melanjutkan
perjalanan."
Perjuangan Abu Ubaidah bin Jarrah nampak
juga kita lihat dari perkataan Umar bin Khattab. Pada suatu kesempatan Umar bin
Khattab mengajukan pertanyaan kepada para sahabat, "Tunjukkan kepada saya
cita-cita tertinggi kalian." Salah seorang dari mereka mengacungkan tangan
dan berkata, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini penuh dengan emas,
akan saya infakkan seluruhnya untuk jalan Allah."
Umarpun mengulangi pertanyaannya,
"Apa masih ada yang lebih baik dari itu?", lantas sahabat yang
lainpun menjawab, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini dipenuhi
dengan intan, emas dan permata, niscaya akan saya infakkan seluruhnya untuk
Allah." Umar bin Khattab kembali bertanya dengan lafadh yang sama.
Merekapun serentak menjawab, "Wahai Amirulmukminin kami tidak tahu lagi
apa yang terbaik dari itu." Umar bin Khathab kemudian menjelaskan,
"Cita-cita yang terbaik adalah, seandainya ruangan ini Allah penuhi dengan
pejuang muslim seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang jujur, adil dan
bijaksana."
Menjelang wafatnya, Khalifah Umar pernah
berkata, "Kalau Abu Ubaidah masih hidup maka aku akan menunjuknya sebagai
khalifah penggantiku. Dan bila kelak Allah swt bertanya tentang apa sebabnya, maka
aku akan menjawabnya, 'Aku memilih dia karena dia seorang pemegang amanat umat
dan pemegang amanat Rasulullah.'"
Demikianlah sosok kepribadian sahabat kita
yang satu ini. Ia tidak pernah mundur dalam memperjuangkan kesucian Islam.
Tenaga, harta, waktu, dan jiwanya ia korbankan demi Islam dan kejayaan umatnya.
Radhiyallahu 'anhu wardhahu.
C. Amr Ibnul Jamuh ra. - Kesungguhan Dia Merebut Syurga Allah
"Dengan cacat pincangku ini,
aku bertekad merebut surga...!"
Ia adalah ipar dari Abdullah bin Amr bin
Haram, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun binti Amar; Ibnul
Jamuh merupakan salah seorang tokoh penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin
Bani Salamah...
Ia didahului masuk Islam oleh putranya
Mu'adz bin Amr yang termasuk kelompok 70 peserta bai'at 'Aqabah. Bersama
shahabatnya Mu'adz bin Jabal, Mu'adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di
kalangan penduduk Madinah dengan keberanian luar biasa sebagai layaknya pemuda
Mu'min yang gagah perwira...
Telah menjadi kebiasaan bagi golongan
bangsawan di Madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat
berhala-berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan umum yang
dikunjungi oleh orang banyak. Maka sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang
bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang
dinamakan Manaf.
Putranya, Mu'adz bin Amr bersama temannya
Mu'adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu
sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka menyelinap ke
dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangnya ke dalam lubang yang
biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.
Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf
berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya
ditemukannya di tempat pembuangan hajat. Bukan main marahnya Amr, lalu
bentaknya: "Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap
tuhan-tuhan kita malam tadi...?" Kemudian dicuci dan dibersihkannya
berhala itu dan dibelinya wangi-wangian.
Malam berikutnya, berdua Mu'adz bin Amr
dan Mu'adz bin Jabal memperlakukan berhala itu seperti pada malam sebelumnya.
Demikianlah pula pada malam-malam selanjutnya. Dan akhirnya setelah merasa
bosan, Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata:
''Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk
mempertahankan dirimu ... !''
Pagi-pagi keesokan harinya Amr tidak
menemukan berhalanya di tempat biasa... tetapi ditemukannya di tempat
pembuangan hajat, dan tidak sendirian, berhala itu terikat bersama bangkai
seekar aniing dengan tali yang kuat. Selagi ia dalam keheranan, kekecewaan
serta amarah, tiba-tiba datangtah ke tempatnya itu beberapa orang hangsawan
Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk kepada berhala yang tergeletak
tidak berdaya dan terikat pada bangkai anjing itu, mereka mengajak akal budi
dan hati nurani Amr bin Jamuh untuk berdialog serta membicarakan kepadanya
perihal Tuhan yang sesungguhnya, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang tidak
satupun yang menyamai-Nya. Begitupun tentang Muhammad saw, orang yang jujur dan
terpercaya, yang muncul di arena kehidupan ini untuk memberi bukan untuk
menerima, untuk memberi petunjuk dan bukan untuk menyesatkan. Dan mengenai
Agama Islam yang datang untuk membebaskan manusia dari belenggu segala macam
belenggu dan menghidupkan pada mereka ruh Allah serta menerangi dalam hati
mereka dengan cahaya-Nya.
Maka dalam beberapa saat, Amr telah
menemukan diri dan harapannya... Beberapa saat kemudian ia pergi,
dibersihkahnya pakaian dan badannya lalu memakai minyak wangi dan merapikan
diri, kemudian dengan kening tegak dan jiwa bersinar ia pergi untuk bai'at
kepada Nabi teiakhir, dan menempati kedudukannya di barisan orang-orang
beriman.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa
orang-orang seperti Amr ibnul Jamuh, yang merupakan pemimpin dan bangsawan di
kalangan suku bangsanya, kenapa mereka sampai mempercayai berhala-berhala itu
sedemikian rupa? Kenapa akal fikiran mereka tak dapat menghindarkan diri dari
kekebalan dan ketololan itu? Dan kenapa sekarang ini, setelah mereka menganut
Islam dan memberikan pengurbanan, kita menganggap mereka sebagai orang-orang
besar?
Di masa sekarang ini, pertanyaan seperti
itu mudah saja timbul, karena bagi anak kecil sekalipun tak masuk dalam akalnya
akan mendirikan di rumahnya barang yang terbuat dari kayu lalu disembahnya,
walaupun masih ada para ilmuwan yang menyembah patung.
Tetapi di zaman yang silam,
kecenderungan-kecenderungan manusia terbuka luas untuk menerima
perbuatan-perbuatan aneh seperti itu di mana kecerdasan dan daya fikir mereka
tiada berdaya menghadapi arus tradisi kuno tersebut.
Sebagai contoh dapat kita kemukakan di
sini, Athena. Yakni Athena di masa Perikles, Pythagoras dan Socrates! Athena
yang telah mencapai tingkat berfikir yang menakjubkan, tetapi seluruh
penduduknya, baik para filosof, tokoh-tokoh pemerintahan sampai kepada rakyat
biasa, mempercayai patung-patung yang dipahat, dan memujanya sampai taraf yang
amat hina dan memalukan! Sebabnya ialah karena rasa keagamaan di masa-masa yang
telah jauh berselang itu tidak mencapai garis yang sejajar dengan ketinggian
alam fikiran mereka.
Amr ibnul Jamuh telah menyerahkan hati dan
hidupnya kepada Allah Rabbul-Alamin. Dan walaupun dari semula ia telah
berbai'at pemurah dan dermawan, tetapi Islam telah melipatgandakan
kedermawanannya ini, hingga seluruh harta kakayaannya diserahkannya untuk Agama
dan kawan-kawan seperjuangannya.
Pernah Rasulullah saw menanyakan kepada
segolongan Bani Salamah yaitu suku Amr ibnul Jamuh, katanya: "Siapakah
yang menjadi pemimpin kalian, hai Bani Salamah?" Ujar mereka:
"Al-Jaddu bin Qeis, hanya sayang ia kikir...". Maka sabda Rasulullah
pula: "Apa lagi penyakit yang lebih parah dari kikir! Kalau begitu
pemimpin kalian ialah si Putih Keriting, Amr ibnul Jamuh...!'' Demikianlah
kesaksian dari Rasulullah saw ini merupakan penghormatan besar bagi Amr! Dan
mengenai ini seorang penyair Anshar pernah berpantun:
"Amr ibnul Jamuh membiarkan
kedermawanannya merajalela, dan memang wajar, bila ia dibiarkan berkuasa, jika
datang permintaan, dilepasnya kendali hartanya, silakan ambil, ujarnya, karena
esok ia akan kembali, berlipat ganda!"
Dan sebagaimana ia dermawan membaktikan
hartanya di jalan Allah, maka Amr ibnul Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan
kurang dalam menyerahkan jiwa raganya! Tetapi betapa caranya? Kakinya yang
pincang menjadi penghadang badannya untuk ikut dalam peperangan. Ia mempunyai empat
orang putra, semuanya beragama islam dan semuanya satria bagaikan singa, dan
ikut bersama Nabi saw dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan
tugas perjuangan.
Amr telah berketetapan hati dan telah
menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar, tetapi putra-putranya
memohon kepada Nabi agar ia mengurungkan maksudnya dengan kesadaran sendiri,
atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi.
Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa
Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidakmampuan
disebabkan cacad kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap mendesak dan minta
diizinkan, hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap
tinggal di Madinah.
Kemudian datanglah Masanya perang Uhud.
Amr lalu pergi menemui Nabi saw, memohon kepadanya agar diizinkan turut,
katanya: "Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku
pergi bertempur bersama anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan
kepincanganku ini aku dapat merebut surga!''
Karena permintaannya yang amat sangat,
Nabi saw memberinya izin untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan
dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan
berjingkat-jingkat. Dan dengan suara beriba-iba ia memohon kepada Allah: "Ya
Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku
dikembalikan kepada keluargaku!"
Dan kedua pasukan pun bertemulah di hari
uhud itu. Amr ibnul Jamuh bersama keempat putranya maju ke depan menebaskan
pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik.
Di tengah-tengah pertarungan yang
hiruk-pikuk itu Amr melompat dan bersijingkat, dan sekali lompat pedangnya
menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan
pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil
menengok ke sekelilingnya, seolah-olah mengharapkan kedatangan Malaikat dengan
secepatnya yang akan menemani dan mengawalnya masuk surga.
Memang, ia telah memohon kepada Tuhannya
agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah swt pastilah akan mengabulkannya.
Dan ia rindu, amat rindu sekali akan berjingkat dengan kakinya yang pincang itu
dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw
itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa
manusia.
Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun
tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat, memaklumkan datangnya saat
keberangkatan, yakni keberangkatan seorang syahid yang mulia, menuju surga
jannatul khuldi, surga Firdausi yang abadi!
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan para
syuhada mereka, Rasulullah saw mengeluarkan perintah:
"Perhatikan, tanamkanlah jasad
Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr ibnul Jamuh di makam yang satu, karena
selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan saling
menyayangi!"
Kedua shahabat yang saling menyayangi dan
telah menemui syahid itu dikuburkan dalam sebuah makam, yakni dalam pangkuan
tanah yang menyambut jasad mereka yang suci setelah menyaksikan kepahlawanan
mereka yang luar biasa.
Dan setelah waktu berlalu selama 46 tahun
di pemakaman dan penyatuan mereka, datanglah banjir besar yang melanda dan
menggenangi tanah pekuburan disebabkan digalinya sebuah mata air yang dialirkan
Muswiyah melalui tempat itu. Kaum Muslimin pun segera memindahkan kerangka para
syuhada.
Kiranya mereka sebagai dilukiskan oleh
orang-orang yang ikut memindahkan mereka: "Jasad mereka menjadi lembut,
dan ujung-ujung anggota tuhuh mereka jadi melengkung!"
Ketika itu Jabir bin Abdullah masih hidup.
Maka bersama keluarganya ia pergi memindahkan kerangka bapaknya Abdullah bin
Amr bin Haram serta kerangka bapak kecilnya Amr ibnul Jamuh... Kiranya mereka
dapati kedua mereka dalam kubur seolah-olah sedang tidur nyenyak. Tak sedikit
pun tubuh mereka dimakan tanah, dan dari kedua bibir masing-masing belum hilang
senyuman manis alamat ridha dan bangga yang telah terlukis semenjak mereka
dipanggil untuk menemui Allah dulu.
Apakah anda sekalian merasa heran? Tidak,
janganlah merasa heran! Karena jiwa-jiwa besar yang suci lagi bertaqwa, yang mampu
mengendalikan arah tujuan hidupnya, membuat tubuh-tubuh kasar yang menjadi
tempat kediamannya, memiliki semacam ketahanan yang dapat menangkis sebab-sebab
kelapukan dan mengatasi bencana-bencana tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar